Ketika
Guru Xia (Lian-ju) mendengar tentang pintu Dharma terlahir ke Alam Sukhavati,
beliau tertawa terus selama beberapa hari! Beliau berkata : “Kali ini saya
memiliki cara untuk keluar dari tumimbal lahir!” Semoga anda sekalian dapat
memberi selamat pada diri anda sendiri karena telah bertemu dengan pintu Dharma
yang terunggul ini.
Anda sekalian tentunya mengenal serial
kartun “Ikkyu San”, pada waktu dia berusia 9 tahun, suatu hari, gurunya akan
bepergian makanya berpesan padanya agar melatih Dhyana di ruang baktisala, dan
jangan nakal. Dia baru berusia 9 tahun, setelah kepergian sang guru, anak kecil
mana mungkin begitu penurut.
Dia
berkeliling ke kanan dan ke kiri akhirnya sampai di depan ruang ketua vihara. Salah
seorang saudara seperguruannya sedang bertugas menjaga ruang ketua vihara, saudaranya
ini usianya lebih besar satu atau dua tahun dari Ikkyu.
Begitu
melihat saudara seperguruannya menangis, Ikkyu San segera mendekatinya : “Praktisi
zen mana boleh menangis?”.
Saudara
seperguruan berkata : “Hari ini saya telah berbuat kesalahan besar”.
Ikkyu
San bertanya : “Apa yang telah terjadi?”
Saudara
seperguruan menjelaskan: “Guru memiliki sebuah barang kesayangan yang
disimpannya di dalam lemari, beliau selalu membuka lemari dan menatap ke dalamnya
serta tidak memperbolehkan kami ikut melihatnya, saya juga tidak tahu benda apa
yang ada di dalamnya, yang pasti guru sering menatapnya seharian, setelah itu
menyimpannya kembali, ini adalah barang kesayangan guru”.
Kebetulan
hari ini guru sedang berpergian, maka saya membuka lemari tersebut dan ternyata
di dalamnya adalah barang porselen, dan karena tidak hati-hati akhirnya saya
memecahkan barang tersebut, kali ini guru takkan memaafkan diriku”.
Guru
begitu menyayangi barang ini dan tidak memperbolehkan orang lain melihatnya,
sekarang malah dipecahkan oleh muridnya.
Ikkyu
San berkata : “Kamu jangan menangis lagi, ini saputangan buat kamu, semua
pecahan porselen kamu bungkus ke dalam saputangan ini dan serahkan ke saya agar
orang lain mengira ini adalah perbuatan saya”.
Saudara
seperguruan berkata : “Kamu baik sekali! Saya ditugaskan guru menjaga ruang ketua
vihara, selesai nanti saya akan traktir kamu makan mantou, saya relakan porsiku
buatmu”.
“Baiklah! Janji ya! Mantoumu buat saya,
porselen pecah ini biar saya yang tanggungjawab”.
Ikkyu
San memasukkan pecahan porselan ke dalam sakunya, kemudian berjalan ke ruangan
Baktisala sambil menanti kepulangan guru.
Akhirnya
guru pulang dan bertanya : “Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Oh!
Saya sedang tekun melatih diri, melakukan perenungan.”
“Apa
yang sedang kamu renungkan?”
“Saya
sedang merenungkan apakah ada manusia yang tidak mati”.
Guru
berkata : “Aduh muridku yang ceroboh, mana mungkin ada manusia yang tidak mati,
yang namanya manusia pasti akan mengalami kematian”.
“Oh!
Kalau manusia bisa mati, bagaimana dengan benda? Apakah benda bisa ada
selamanya?” , Ikkyu San bertanya.
Guru
menjawab : “Tidak ada, tidak ada benda yang bisa kekal abadi, setiap benda akan
melalui tahapan pembentukan, berlangsung, rusak dan kosong, maka itu tidak ada
barang yang awet selamanya!”
“Oh!
Kalau memang tidak ada, jadi andaikata kita memiliki sebuah benda yang amat
kita sayangi lalu rusak, maka kita tak perlu bersedih hati, benarkah demikian?”
Guru
menjawab : “Tentu saja! Namanya juga jodoh, ketika jalinan jodoh ada maka
barang tersebut ada, sebaliknya jika jodoh sudah usai maka akan rusak dan
berpisah dengannya! Maka itu tak perlu merasa sedih!”
Maka
itu Ikkyu San segera mengeluarkan pecahan porselen dari sakunya dan berkata :
“Guru, di sini ada yang jalinan jodohnya sudah usai”.
Akhirnya
guru tidak jadi memarahi mereka.
Melalui
kejadian ini, kita amat salut pada sang guru. Muridnya ini sangat bijaksana!
Melalui kisah ini, kita dapat mengerti banyak hal. Karena ada pemikiran dan
pandangan yang benar, sehingga ketika masalah timbul, emosinya tidak muncul.
Kita dapat membayangkan, pada awalnya guru ini pasti merasa kesal dan akan
memukuli muridnya karena telah memecahkan barang kesayangannya, karena pada
detik itu dia tidak memiliki pikiran benar lagi, untunglah sang murid yang
cerdik mengajukan pertanyaan dengan bijak sehingga berhasil meredam emosinya.
Kita dapat memperluas hal ini, setiap ketika kita memiliki pikiran benar, maka
takkan timbul kerisauan. Karena itu Bodhisattva Avalokitesvara “mengamati dan
menyadari bahwa lima skandha itu adalah sunya (kosong)”.
Sebagai
seorang guru, tentu mengetahui bahwa segala sesuatu itu adalah tidak kekal,
maka takkan karena kehilangan benda kesayangannya sehingga timbul amarah. Jika
dapat “mengamati dan menyadari bahwa lima skandha itu adalah sunya (kosong)”,
maka akan “melampaui semua penderitaan”. Maka itu Ajaran Buddha adalah Pintu
Perdamaian.
Judul : Pokok
Bahasan Selama Kunjungan ke Amerika
佛法是大安樂法門,能夠使人真正得到安樂。當年夏(蓮居)老師聞到這個往生法門,他笑了幾天哪!整天的笑,他說:“我這可有辦法出這個輪迴了!”所以,這是個大安樂法門,希望大家對這個大安樂法門,也生起無比的歡欣,慶倖自己此生能得聞此殊勝法門。
大家看電視,有一個日本動畫片《一休和尚》,他九歲的時候,一天,師父外出前吩咐他好好在大殿上參禪用功,不要淘氣。他才九歲,師父走了,這小孩哪有那麼老老實實的。他就東轉西轉,轉到方丈屋子裏頭了。他的一個師兄看守方丈室,一看師兄在那正哭著,師兄大他一兩歲。
他說:“參禪的人哪有哭的。”
師兄說:“不行啊!我今天不得了了。”
一休問:“什麼事呀?”
師兄說:“師父有一個心愛的東西,在這櫃子裏頭,常常要打開來自己看,不許我們看,我也不知道是個什麼,反正師父常常拿出來玩半天、看半天,又擱回去了,是師父最心愛的東西。今天師父走了,我就把這個打開了,那是個瓷器,可我不小心,一下子把瓷器摔了。這回是饒不了我了。”
師父這麼心愛的東西,看都不讓他看,他卻給摔了。
一休說:“你別哭了,我給你個手絹,你把碎了的磁器包在手絹裏交給我,算我摔的,”
師兄說:“你太好了!我答應師父看方丈室,回來後給我饅頭吃,我把饅頭歸你吃了”。
“好!說定了!你的饅頭給我吃,你這瓷器算我摔的。”
一休就把碎磁器揣在兜裏,等師父回來時,他在大殿等師父。
師父回來說:“你在這做什麼?”
“啊!我完全在用功,完全在參究。”
“你參究個什麼呀?”
“我參究到底有沒有不死的人。”
師父說:“啊呀!這個糊塗的徒弟呀,哪里有人不死的,沒有。既然是人就沒有不死的。”
“啊!都要死的,人都要死的。那麼東西呢?東西能不能長存呢?”一休問。
師父說:“沒有,沒有東西能長存的。成、住、壞、空,哪有一個東西能長存,永遠存在是不可能的哇!”
“啊!既然沒有,那麼如果我們有一件心愛的東西壞了,那我們也用不著難過了,是吧?”。
師父說:“對呀!不就是緣嗎,緣聚就有,緣散那不就壞了嗎,壞不就散了嗎!所以不應當難過呀!”
於是一休把包掏出來,“師父這有個緣散的。”
師父對此沒有發脾氣。
通過這件事情,我們對師父也很佩服。這個徒弟很有智慧!通過這個故事,我們可以懂得很多道理。因為有正確的思想、正確的知見,所以事情當頭的時候,他的脾氣就不發了。咱們要按常規去想,他平常必定暴跳如雷,一定打這個徒弟一頓。因為他那個時候沒有這個正念。可當這個弟子一問,並不是把他僵住了。我們可以推廣開來,凡是我們正念當頭的時候,就可以不生煩惱。所以觀世音菩薩“照見五蘊皆空”。做師父的就知道一切無常,是無常,就不會為一個心愛的東西破了而發脾氣了。我們把他推廣嗎,不一定要等一休了,真正知道這一切無常,“照見五蘊皆空”,就“度一切苦厄”。所以佛教是大安樂法門。
黃念祖老居士主講